CERITA LAMA
ULANG TAHUN DI RUMAH SAKIT
Oleh
Hafiizh Prasetia
Setelah
mendengar dan melihat sendiri hasil lab yang menyatakan dewi terserang penyakit
lupus, kami tidak dapat berbuat banyak. Sampai tanggal 9 Juli 2009 ini pun,
dewi tidak banyak mengalami perubahan berarti.
Pada hari ini, dewi dipindahkan dari ruang kelas 2 ke kelas 3. Hal ini
dikarenakan pada hari ini kami selesai membereskan segala persyaratan ASKESDA.
Dengan begini berarti biaya ruangan maupun biaya obat ditanggung semua oleh
pemerintah daerah. Peraturan dari ASKESDA ini ialah semua obat-obatan adalah
standar, sehingga dapat dibayangkan bahwa obat-obatan itu sangat jauh dari
harapan kami.
Persoalan
baru yang dirasakan sekarang adalah yang biasanya merawat dewi adalah ibunya,
dan ibunya mulai lelah dengan keadaan ini. Beliau ingin pulang dan beristirahat
sejenak dari rutinitas. Mendengar keadaan ini, dewi meminta kepada kami untuk
mencarikan perawat yang bisa menjaganya. Jangan terlalu muda, ataupun terlalu
tua.
Kami
pun merespon dengan cepat keadaan ini. Kami berdiskusi dengan perawat yang ada
di rumah sakit itu. Kata mereka, kalau ingin perawatan intensif, biaya
perawatannya sebesar 70 ribu untuk satu kali kehadiran, dan kerjanyanya hanya
7-8 jam. Sehingga dalam satu hari diperlukan 3 orang perawat untuk bergantian.
Mendengar seperti ini, kami pun mengurungkan niat untuk merekrut perawat buat
jaga dewi. Kami mencari alternative lain yang lebih murah, namun kerjanya
bagus.
Tak
terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.. Inilah malam yang tidak aku
harapkan, untuk menginap di rumah sakit.. Karena tinggal beberapa jam lagi usia
ku genap 24 tahun. Padahal sudah
jauh-jauh hari sebelumnya aku sudah berencana membuat suatu acara bersama
beberapa teman dekatku,, setelah beberapa pertimbangan, aku memutuskan untuk
menundanya,, mungkin sampai tahun depan, untuk menemukan moment yang paling
pas.
Pukul
00.00, tepat hape ku berbunyi, dan kudapati satu sms yang masuk,, “Happy b’day, moga panjang umur, dan segala
keinginan yang kamu harapkan dapat
terwujud”,, Sms ini terasa sangat
menyejukkan, ibarat lahan kering yang tersiramkan air hujan,, Apalagi sms ini
datangnya dari sahabat dekat ku, dimana selama ini berbagi cerita dengan
dirinya..
Sampai
larut pukul 01.00 dinihari, aku juga tidak bisa tidur. Di ruang kelas 3 ini,
ditempatkan empat orang pasien, namun satu tempat masih kosong, sehingga kami
dapat tidur didalam ruangan tersebut.
Malam
ini terasa hening, dan kulihat dewi begitu tenang, tidak cerewet seperti
sebelum-sebelumnya. Tapi aku sangat khawatir tentang keadaan ini. Aku menyangka
kesehatan dewi turun lagi.
Dalam
benakku, dengan ditaruhnya dewi diruang kelas 3 ini, merupakan suatu dilema, di
satu sisi kami tidak mempunyai duit yang banyak, dan disisi lain kami
mengharapkan pengobatan yang optimal buat penyembuhan dewi.
Mungkinkah
ini sudah takdir dewi, ditakdirkan untuk meninggal dengan perlahan-lahan,
dengan hanya pengobatan sekadarnya. Tapi apa daya teman-teman hanya mampu
segini upaya untuk menolongnya. Para donaturnya pun tidak cukup berani memberikan
uang tunai dalam ukuran wow,, (100 juta kali,,), sungguh tragis,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar